Kendati anak tunggal, SBY hidup dengan prihatin dan kerja keras. Saat di Sekolah Rakyat Gajahmada Desa Purwosari Kecamatan Kebonagung (sekarang SDN Baleharjo I), SBY tinggal bersama pamannya, Sasto Suyitno, ketika itu Lurah desa Ploso, Pacitan. Prestasi SBY saat SR sudah menonjol dan mulai menunjukkan sifat seorang pemimpin dan pemaaf. Saat bertugas sebagai Komandan Peleton SR Gajahmada, ia meraih juara pertama lomba gerak jalan antar SR tingkat Kabupaten Pacitan. Pada Juli 1962 SBY lulus dari SR dengan nilai terbaik.
Tekad SBY untuk menjadi prajurit mengental saat kelas V SR (1961) dan berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar Magelang. "Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata," kenang SBY.
Setamat Sekolah Rakyat, SBY masuk SMP Negeri Pacitan yang merupakan idola bagi anak-anak kota 1001 goa tersebut. Di sini SBY terlibat dalam pelbagai kegiatan intra dan ekstra sekolah seperti masak-memasak, kelompok belajar, musik, hingga olahraga khususnya bola voli dan tenis meja.
SBY juga aktif di Pijar Sena, sebuah kompi pelajar serbaguna. Kompi ini pernah bertugas mendata penduduk desa Pager Lot dalam rangka mencari pelarian anggota partai Komunis Indonesia (PKI). Di bidang seni budaya SBY juga belajar lukis dan teater di sanggar seni Dahlia Pacitan pimpinan Gondrong Suparman. Dia juga melahirkan ide membuat majalah dinding dimana dia menjadi editor, menulis artikel seputar sekolah, puisi hingga menulis cerpen.
Setamat SMP, SBY masuk di SMA Negeri Pacitan yang biasa disebut sebagai SMA 271. Di sini SBY tak hanya menonjol pada pelajaran semata, tetapi juga di bidang-bidang lain. Dia tetap rendah hati dan mau berbagi pengetahuan kepada teman. Ia kerap kali tampil mengajar matematika ketika guru yang bersangkutan berhalangan hadir.
Di SMA ini bakat seni SBY semakin berkilau. Ia piawai dalam bermain musik sehingga didaulat menjadi pemain bass gitar band sekolah. Di sini SBY juga meneruskan hobi olahraga kegemarannya, bermain bola voli. Benih-benih sebagai pemimpin berbakat mulai bersemi dalam jiwanya. Akhirnya SBY dinyatakan lulus dari bangku SMA tahun 1968.
SBY sangat berminat masuk militer. Sayangnya karena kesalahan informasi dia terlambat mendaftarkan diri. Untuk menunggu pendafataran berikutnya, SBY sempat mengikuti pendidikan di Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), walau hanya sampai tahap orientasi kampus karena dia lebih tertarik untuk masuk ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PG-SLP) di Malang, Jawa Timur.
Di Malang ini, SBY mempersiapkan fisik, mental, dan intelektualnya untuk mengikuti ujian penyaringan AKABRI tingkat daerah di Jawa Timur, dan tingkat pusat di Bandung. Menjelang akhir tahun 1969 SBY mendaftar AKABRI di Malang. Berhasil lulus dan melanjutkan tes ke Bandung. Setelah lulus juga dari tes di Bandung ia dikirim ke Magelang untuk mengikuti pendidikan militer mulai awal tahun 1970.
Di AKABRI Magelang, SBY semakin aktif berkegiatan. Ia bergabung dengan drumband AKABRI Darat Cantalokananta sejak tingkat satu. Pada hari libur ia tetap sibuk belajar dan membaca sehingga dijuluki teman-temannya sebagai kutu buku. Sejumlah buku militer dan biografi para tokoh militer asing dilahapnya. Hal ini didukung pula karena sejak SMP, SBY sudah fasih berbahasa Inggris.
Di tahun kedua, saat berpangkat Sersan Taruna, SBY memperoleh "wildcard� yaitu bebas memilih kecabangan karena berprestasi baik 10 besar. SBY memilih kecabangan korps infanteri dan terpilih menjadi Komandan Divisi Korps Taruna membawahi 3.000 taruna Akademi Militer selama satu setengah tahun. Selama 4 tahun di AKABRI SBY menerima berbagai penghargaan di bidang kepribadian, intelektual, hingga fisik. Ia meraih rekor 7 bintang penghargaan yang tak pernah diraih taruna mana pun.
SBY lulus pada 11 Desember 1973, dan berhasil menjadi lulusan terbaik di antara 987 taruna lulusan seangkatannya. SBY lulus dengan penghargaan Bintang Adhi Makayasa yang setara dengan summa cum laude yang berarti yang terbaik seangkatannya mulai dari hal kepribadian, fisik, mental dan akademis.
Kamis, 29 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar dan saran anda dibutuhkan untuk kemajuan blog ini